moservice.id – Keputusan Uni Eropa untuk memberlakukan tarif tambahan pada mobil listrik buatan China hingga mencapai 45% sejauh ini telah memicu ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia.
Kebijakan proteksionis ini, yang bertujuan melindungi industri otomotif Eropa dari persaingan yang dianggap tidak adil, telah menuai pro dan kontra di berbagai kalangan.
Keputusan Uni Eropa untuk mengenakan tarif tambahan pada mobil listrik China telah memicu reaksi beragam.
China menanggapi keputusan ini dengan mengecam tarif tambahan tersebut sebagai langkah “proteksionis” yang tidak adil dan bertentangan dengan prinsip perdagangan bebas.
Tarif tambahan ini akan diterapkan pada kendaraan listrik buatan China, termasuk model yang diproduksi oleh grup internasional seperti Tesla dan produsen besar lainnya seperti Geely dan SAIC.
Tarif ini akan berlaku selama lima tahun ke depan dan diharapkan dapat mengimbangi dampak subsidi dari Beijing terhadap pasar Eropa. Sebagai respons, China telah mengancam untuk membalas tindakan ini dengan menerapkan tarif pada impor barang dari Eropa.
Di satu sisi, kebijakan ini dianggap sebagai upaya untuk melindungi industri otomotif domestik yang sedang berjuang menghadapi persaingan dari produsen mobil listrik China yang semakin agresif.
Baca juga: Zeekr, Merek Mobil Listrik Premium Asal China Siap Hadir di Indonesia
Namun, di sisi lain, langkah ini juga dikhawatirkan akan memicu perang dagang yang lebih luas dan merugikan konsumen.
Produsen mobil Eropa seperti Volkswagen dan Audi telah menyuarakan keprihatinan mereka terhadap kebijakan proteksionis ini.
Mereka berargumen bahwa tarif tambahan justru akan menghambat inovasi dan mengurangi daya saing industri otomotif Eropa di pasar global.
Selain itu, konsumen Eropa juga akan menjadi pihak yang dirugikan karena harus membayar harga mobil listrik yang lebih mahal.
Perang tarif antara Uni Eropa dan China merupakan ancaman serius bagi sistem perdagangan bebas global.
Kebijakan proteksionis yang diterapkan oleh kedua belah pihak dapat memicu reaksi serupa dari negara-negara lain, sehingga menciptakan lingkungan perdagangan yang semakin tidak pasti dan merugikan bagi semua pihak.
Perang tarif antara Uni Eropa dan China juga berdampak negatif terhadap perkembangan industri mobil listrik secara global.
Kebijakan proteksionis dapat menghambat investasi dalam pengembangan teknologi baterai dan komponen kendaraan listrik lainnya, serta memperlambat transisi menuju mobilitas yang lebih berkelanjutan.
Sumber gambar: byd.com